BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Berbicara langsung merupakan salah satu cara berkomunikasi
yang disukai karena sifatnya yang spontan. Namun, demikian dalam konteks
bisnis, berbicara tanpa berfikir terlebih dahulu bisa berakibat fatal. Penyimpanan informasi dilakukan
secara lisan melalui pengucapan kata-kata disebut berbicara.Terlebih lagi,
selain informasi juga dapat disampaikan perasaan dan ide-ide seseorang dengan
berbicara. Berbicara memiliki beberapa kelebihan, seperti sifatnya yang tidak
merepotkan, waktu yang diperlukan lebih sedikit, tidak memerlukan bentuk baku,
tidak perlu menulis, serta tidak perlu mengirimkkan pesan tersebut kepada orang
yang dituju.
Menyimak atau yang sering disebut mendengarkan merupakan hal
yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun
bukan berarti semua orang adalah penyimak yang baik. Dalam suatu komunikasi,
menyimak merupakan aspek yang sangat penting. Menyimak didefinisikan sebagai
kegiatan yang bersifat fiskal di mana seseorang menerima, memperhatikan, serta
memahami suara.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Masalah
yang akan dibahas dalam topik kali ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan
berbicara?
2. Apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi kelancaran berbicara?
3. Apa saja bentuk-bentuk dan
persiapan berbicara dalam bisnis?
4. Apa
yang dimaksud dengan menyimak?
5. Bagaimana proses menyimak?
6. Apa saja tipe-tipe menyimak
dan sebab-sebab penyimakan tidak efektif?
7.
Apa pentingnya menyimak dalam dunia bisnis?
1.3 TUJUAN
Tujuan
pembahasan ini adalah:
1.
Mendeskripsikan dan menjelaskan tentang berbicara dan menyimak.
2.
Memahami lebih dalam tentang berbicara dan menyimak dalam dunia bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BERBICARA
a.
Defenisi
Berbicara
Berbicara langsung merupakan salah satu cara berkomunikasi
yang disukai karena sifatnya yang spontan. Namun, demikian dalam konteks
bisnis, berbicara tanpa berfikir terlebih dahulu bisa berakibat fatal. Penyimpanan informasi dilakukan
secara lisan melalui pengucapan kata-kata disebut berbicara.Terlebih lagi, selain informasi
juga dapat disampaikan perasaan dan ide-ide seseorang dengan berbicara.
Berbicara memiliki beberapa kelebihan, seperti sifatnya yang tidak merepotkan,
waktu yang diperlukan lebih sedikit, tidak memerlukan bentuk baku, tidak perlu
menulis, serta tidak perlu mengirimkkan pesan tersebut kepada orang yang
dituju.
Selain memiliki kelebihan, berbicara memiliki kelemahan.
Pertama, karena sifatnya berbicara spontan, maka kualitas komunikasi tergantung
pada kemampuan seseorang untuk mengucapkan apa yang ada di dalam pikirannya ke
dalam bentuk ucapan secara spontan/cepat. Tidak tersedia banyak waktu untuk
memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam
pikiran. Kedua, jika orang lain sedang berbicara dan tidak diberi perhatian,
maka kemungkinan besar poin penting akan hilang. Dalam kasus tertentu, tidak
mungkin audiens meminta pembicara untuk mengulangnya, misalnya apabila yang
berbicara adalah atasan dan pendengarnya adalah bawahan. Ketiga, audiens
seringkali menilai isi pembicaraan berdasarkan
penampilan fisik, tanpa mendengar terlebih dahulu apa yang disampaikan.
b. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Kelancaran Berbicara
Berbicara
bagi sebagian orang merupakan hal yang mudah, tetapi tak jarang menjadi hal
yang sulit bagi sebagian orang lain. Oleh karena itu, perlu dipahami factor-faktor yang
memengaruhi kelancaran dalam berbicara, seperti pengetahuan, pengalaman,
intelegensia, kepribadian dan faktor biologis.
1.
Pengetahuan
Seseorang yang memiliki pengetahuan
luas, pada umumnya memiliki lebih banyak perbendaharaan kata dan mampu memahami
hubungan diantara berbagai fenomena.
2. Intelegensia
Seseorang
dengan inteligensia tinggi akan mampu membuat relevansi antara fenomena dengan
lebih cepat dan lebih akurat. Namun demikian, beberapa orang dengan
intelegensia tinggi juga menghadapi masalah dalam berkomunikasi.
3.
Kepribadian
Seseorang
yang berkepribadian pemalu dan kurang pergaulan biasanya akan mengalami
kesulitan untuk berbicara di hadapan orang banyak. Sikap percaya diri memungkinkan
seseorang untuk lebih leluasa berbicara di hadapan orang banyak serta
mengemukakan gagasan-gagasan yang mungkin tidak sepaham dengan pendapat
audiens.
4.
Pengalaman
Pengalaman berbicara diperoleh karena
seseorang sering melakukan pembicaraan. Pengalaman itu menyebabkan seseorang
terbiasa dalam menghadapi segala sesuatu pada saat berbicara, misalnya
menghadapi audiens yang tidak memperhatikan, audiens yang tidak menerima atau
tidak sepaham dengan pesan yang disampaikan, dan audiens yang banyak bertanya.
5. Biologis
Masalah biologis berhubungan dengan
alat-alat berbicara orang tersebut, misalnya kelainan pada rahang, bibir, gigi
dan lidah. Factor tersebut menyebabkan seseorang menghadapi masalah pada saat
berbicara, khususnya bila harus berbicara di hadapan orang banyak. Hal itu
karena kata-kata yang keluar tidak jelas, gagap, atau bahkan bisa menyebabkan
orang tersebut menjadi merasa malu.
c.
Bentuk-Bentuk
Berbicara Dalam Bisnis
Berbicara dalam bisnis bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Wawancara yaitu suatu percakapan
yang direncanakan dengan tujuan tertentu dan melibatkan 2 orang atau lebih.
Suatu wawancara dikatakan berhasil bila pihak pewawancara dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.
Secara umum wawancara dibedakan menjadi 9 dan masing-masing kategori
membutuhkan ketrampilan yang berbeda-beda.
a.
Wawancara
kerja
Wawancara kerja dilakukan oleh calon
karyawan dengan staf perusahaan sebagai pihak yang mewawancara. Staf perusahaan ingin mengetahui kemampuan calon karyawan
dalam berbagai bidang dan calon yang diwawancarai ingin mengetahui posisi yang
ditawarkan perusahaan secara umum.
b.
Wawancara
informasional
Pewawancara mencari berbagai fakta yang dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan atau untuk mendapatkan informasi tertentu.
- Wawancara persuasive
Pewawancara menyatakan kepada orang
lain mengenai ide/pendapat tertentu, barang dan jasa tertentu dan menjelaskan
mengapa ia perlu mengikuti rekomendasi yang diberikan kepadanya.
- Wawancara keluar kerja
Pewawancara ingin mengetahui mengapa
seseorang keluar dari perusahaan atau mengajukan pindah ke departemen lain.
- Wawancara evaluasi
Merupakan wawancara yang dilakukan
supervisor terhadap bawahannya untuk memberikan tanggapan terhadap kinerja yang
telah dicapainya.
- Wawancara konsultasi
Supervisor dengan bawahannya
membahas masalah-masalah pribadi yang memengaruhi bawahan tersebut.
- Wawancara penyelesaian konflik
Dua orang atau dua kelompok yang
terlibat konflik menjelaskan masalah dan sikap masing-masing. Hak itu bertujuan agar setelah
keduanya saling memahami, maka konflik diantara mereka bisa terpecahkan.
- Wawancara disiplioner
Supervisor mencoba membetulkan
perilaku/sikap karyawan yang tidak sesuai dengan peraturan perusahaan.
- Wawancara pemutusan hubungan kerja
Supervisor menjelaskan kepada karyawan
alasan-alasan terjadinya PHK, ketentuan-ketentuan PHK yang tidak bertentangan
dengan UU, dan tetap menjaga hubungan baik dengan karyawan.
d. Persiapan Berbicara
Langkah-langkah
berikut dapat dijadikan sebuah pedoman dalam persiapan berbicara.
Ø Menetapkan tujuan
Sebelum melakukan pembicaraan
bisnis, terlebih dahulu tentukan tujuan dari pembicaraan tersebut. Secara umum tujuan pembicaraan
dibedakan menjadi dua yaitu apakah memberikan informasi atau untuk memengaruhi.
Ø Menganalisis orang yang akan diwawancara/diajak
berbicara
Pahami sebanyak mungkin informasi
tersebut. Pemahaman
terhadap karakteristik audiens sangat menentukan keberhasilan komunikasi.
Ø Menyusun materi yang akan ditanyakan
(pertanyaan wawancara)
Dalam hal ini, terdapat 4 tipe pertanyaan,
yaitu:
·
Open-ended
question
Pertanyaan
dalam bentuk ini meminta orang yang diajak berbicara untuk memberikakn
pendapatnya bukan hanya jawaban ya atau tidak.
·
Direct
open-ended question
Pihak
yang diajak berbicara diminta pendapatnya mengenai sesuatu yang baru saja
terjadi dan diminta untuk menjelaskannya.
·
Closed-ended
question
Pertanyaan
tertutup merupakan pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan. Dalam
hal ini, jawaban dapat merupakan pilihan berganda, betul salah, atau ya tidak. Tidak
dimungkinkan bagi pihak yang diajak berbicara untuk menjawab di luar jawaban
yang telah disediakan.
·
Restatement
question
Merupakan
pertanyaan yang menggambarkan jawaban yang baru saja diberikan oleh pihak yang
diajak berbicara. Pertanyaan
tersebut menginginkan pihak yang diajak berbicara untuk menjelaskan lebih jauh
tentang jawaban yang baru saja diberikan.
Ø Mengorganisasikan pembicaraan
Pembicaraan juga harus
diorganisasikan seperti halnya komunikasi tertulis. Dengan demikian, suatu
wawancara atau pembicaraan akan terdiri dari bagian pembukaan, isi, dan
penutup.
a. Bagian pembukaan akan dimulai dengan
memperkenalkan diri (nama) sebagai pihak yang akan mewawancarai atau pihak yang
akan mengawali pembicaraan. Selanjutnya mengucapkan salam dan menjelaskan
tujuan serta ketentuan dalam pembicaraan atau wawancara tersebut.
- Bagian isi, pewawancara memposisikan hubungan dirinya dengan pihak yang diwawancarai. Untuk memperoleh informasi yang diinginkan, pihak pewawancar bisa menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Pewawancara yang sudah berpengalaman biasanya tidak mempersiapkan pertanyaan. Namun, bagi pihak yang belum berpengalaman, sebaiknya sudah dipersiapkan pertanyaan yang akan ditanyakan sebelum wawancara. Mengenai jenis pertanyaan mana yang akan digunakan, sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu, dalam suatu wawancara kombinasi dari keempat jenis pertanyaan di atas dapat dipergunakan.
- Bagian penutup, pewawancar akan memberikan ringkasan hasil wawancar/pembicaraan tersebut dan adanya tidak lanjut dari hasil wawancara tersebut. Ditutup dengan ucapan terima kasih.
2. 2 MENYIMAK
Menyimak (Listening) atau yang
sering disebut mendengarkan merupakan hal yang sering dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Namun bukan berarti semua orang adalah penyimak yang
baik. Dalam suatu komunikasi, menyimak merupakan aspek yang sangat penting. Menyimak
didefinisikan sebagai kegiatan yang bersifat fiskal di mana seseorang menerima,
memperhatikan, serta memahami suara. Menyimak secara efektif merupakan
aktivitas yang aktif dari pikiran seseorang, bukan hanya aktivitas yang pasif,
yakni mendengarkan suara. Menyimak secara efektif membutuhkan
konsentrasi penuh agar bisa menginterpretasi pesan yang disampaikan. Disamping
itu, menyimak yang efektif tidak hanya menggunakan indera pendengaran saja
tetapi juga pikiran.
a. Proses
Menyimak (Listening prosesing)
Tahap-tahap dalam proses menyimak bisa diidentifikasikan
menjadi enam, yakni mendengarkan, memperhatikan, memahami, mengingat,
mengevaluasi, dan menanggapi. Tahap-tahapan itu
terjadi dalam suatu urutan, tetapi umumnya terbentuk secara tidak sadar dan
antara tahap satu dengan tahap lain terjadi jarak waktu yang sangat pendek.
1.
Mendengarkan (hearing)
Mendengarkan dalam
arti hearing didefinisikan sebagai aktivitas fisik di mana seseorang
menerima suara melalui indra pendengaran.
2.
Memperhatikan (attention)
Perasaan seseorang
secara terus-menerus dibombardir dengan berbagai stimuli/ rangsangan yang
berasal dari luar.
3.
Memahami (understanding)
Pesan yang dikirim
dalam simbol-simbol yang dilihat atau didengar akan diberi makna. Pengertian
simbol bukan hanya mencakup kata-kata yang dikirim, tetapi juga termasuk
suara-suara yang dihasilkan dari tepukan tangan, bunyi peluit, dan bunyi
sirine.
4.
Mengingat (remembering)
Pesan yang telah
diterima dan diinterpretasikan kemudian diletakkan dalam ingatan.
5.
Mengevaluasi (evaluating)
Pesan yang
disampaikan akan diukur bukti-buktinya, akan dibedakan mana fakta dan mana yang
opini, dan menentukan apakah pesan itu mengandung bisa atau tidak.
6.
Menanggapi (responding)
Menanggapi pembicaraan atau pesan yang
disampaikan dengan memberikan umpan balik (feedback).
b.
Tipe Menyimak
Tipe menyimak terbagi menjadi dua yaitu:
- Menyimak secara aktif adalah proses menyimak dimana pendengar memiliki keterlibatan yang tinggi dari memberikan umpan balik yang jelas.
- Menyimak secara pasif adalah proses menyimak di mana penyimak memiliki keterlibatan yang rendah dan tidak memberikan umpan balik atau memberikan umpan balik tetapi tidak cukup.
c.
Sebab-Sebab Penyimakan Tidak Efektif
Dalam kehidupan
sehari-hari menyimak sering dilakukan namun menyimak yang dilakukan hanyalah
merupakan kebiasaan yang biasa dilakukan sehingga menyimak dilakukan tanpa
berpikir. Salah satu cara untuk mulai menjadi penyimak yang baik adalah
memahami sebab-sebab penyimakan yang tidak baik atau tidak efektif. Sebab-sebab
penyimakan tidak efektif dibedakan menjadi empat, yaitu:
ü Faktor Lingkungan
Adalah segala sesuatu yang
mengalihkan perhatian seseorang dari apa yang ingin atau perlu diketahui. Factor lingkungan dapat
dipisahkan lagi menjadi suara dan jarak.
ü Sumber pesan
Menyimak akan dilakukan dengan
sungguh-sungguh apabila sumber pesan tersebut adalah orang yang terhormat atau
terpandang. Selain itu sumber pesan itu sendiri memiliki andil sulit tidaknya
peyimakan.
ü Pesan
Pesan atau materi yang baru dan
sukar akan menyebabkan penyimakan tidak efektif.
ü Individu Penyimak
Tidak efektifnya suatu penyimakan dipengaruhi oleh penyimak itu sendiri.
- Kondisi penyimak. Sakit kepala, sakit perut, sakit gigi atau sakit yang lainnya bisa menghalangi seseorang dalam memperhatikan pembicara walaupun orang tersebut memiliki keinginan menyimak yang kuat.
- Sikap dan kebutuhan penyimak. Jika seseorang memandang dirinya superior dan memandang orang-orang tertentu berbicara tidak ada manfaatnya, orang tersebut mnciptakan halaman bagi dirinya sendiri untuk berkomunikasi.
- Kebiasaan penyimak. Beberapa kebiasaan menyimak, antara lain berpura-pura menyimak, tetapi sebenarnya tidak.
- Kebiasaan menyimak lain yang menyebabkan menyimak tidak efektif adalah hanya memperhatikan atau memfokuskan pada faktanya saja.
- Tanggung jawab penyimak. Jika seseorang memiliki tanggung jawab terhadap pesan yang disampaikan maka ia akan memperhatikan dengan seksama pesan yang diterimanya.
d. Pentingnya Menyimak Dalam Dunia
Bisnis
Kemampuan
menyimak akan menghilangkan masalah-maslah komunikasi yang timbul dalam bisnis,
seperti:
a.
Memecahkan
konflik
Orang-orang dalam perusahaan akan
bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas, atau terjadi konflik
tujuan dan nilai yang dianut berbeda. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah
bagaimana agar konflik itu tidak berlebihan sehingga menimbulkan sikap anarkis.
b.
Menanggulangi
perlawanan
Bila suatu saat terjadi perlawanan
dari orang lain, usahakan tetap tenang dan menunjukkan adanya kebutuhan dari
orang yang melawan tadi.
c.
Mengadakan
negosiasi
Dalam melakukan transaksi, seseorang membutuhkan
keterampilan negosiasi untuk melakukan transaksi. Negosiasi adalah penggunaan
keterampilan komunikasi dan tawar menawar mengenai subjek
bisnis tertentu atau untuk mengatasi konflik dan mencapai hasil yang memuaskan.
Selain memiliki kemampuan dalam berbicara dan menyimak,
terdapat lima syarat yang perlu disadari agar proses negosiasi berhasil, yaitu common
interest (adanya kepentingan bersama), common will (keinginan
bersama), good fight (itikad baik), tolerance (tenggang rasa), mutual
benefit (keuntungan bersama).
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Berbicara
secara langsung merupakan salah satu cara orang berinteraksi antara satu
individu dengan individu yang lain untuk mencapai suatu tujuan dalam sebuah organisasi
karena sifatnya yang spontan. Namun, demikian dalam konteks bisnis, kita harus
bersikap peka terhadap pembicaraan orang lain.Menyimak suatu pembicaraan dalam
sebuah organisasi adalah suatu penghargaan bagi diri sendiri dan orang lain.
3.2 Saran
Agar dalam proses berbicara dan
menyimak dapat berjalan dengan lancar maka selama menjadi pembicara dan
penyimak harus memahami esensi dari pembicaraan dan apa yang didengarkan.
Sehingga prosesnya sesuai dengan yang kita inginkan.